Sabtu, Oktober 30, 2010

7 Tahun

Seorang sahabat dari masa lalu, kutemukan kembali dengan sangat....sangat tidak sengaja, seperti tidak sengaja dengan penglihatanku. 7 Tahun temans...dan aku melihat sosok yang begitu berbeda dalam dirinya. Mulanya aku sudah menemukannya di situs jejaring facebook, waktu itu aku sudah terkejut, tapi keterkejutan ketika bertemu langsung dengannya lebih dari rasa suprise ketika menemukannya di facebook

Pelajaran baru yang kudapatkan adalah : Waktu bisa mengubah segalanya, dia, kamu, juga mungkin aku. Ada sebersit bangga dalam hatiku ketika sadar bahwa dia adalah orang yang berdiri di panggung menerima penghargaan yang diinginkan banyak orang. Dia! sekarang adalah seorang seniman Guys...dan ia mampu menunjukkan bahwa ia mampu.

Salut buat teman semasa SMP ku,DN



Senin, Oktober 25, 2010

Tips jalan2 murah

Akhir pekan,asyiknya jalan-jalan, tapi gimana kalau akhir pekan pas barengan sama akhir bulan?
wah gak asyik donk, gak seru karena dompet udah menipis bahkan udah terancam kanker(kantong kering). Eitsss tunggu dulu, siapa yang bilang gak seru??

nah lho? jadi apa serunya dong??
Gini yah, aku lagi happy nih, jadi mau bagi2 tips buat teman2,
1. Jalan2 nya gk usah jauh-jauh, kan weekend paling juga cuma dua hari, sabtu sama minggu. Beda kalo misalnya lagi liburan panjang.
2. Pilih kendaraan yang hemat, itu klo kamu jalan-jalan nya pake kendaraan pribadi lho.
3. Cari tempat parkir yang gratis, kalau pun gak gratis rayu deh tukang parkirnya biar gratis, bila perlu ajak berantem deh, hehe (itu alternatif terakhir kali). Tapi percaya deh, bayak kok tempat-tempat asyik dengan tempat parkir yang gratis. Misalnya perpustakaan atau beberapa pusat perbelanjaan juga ada beberapa yang menyediakan tempat parkir gratis.
4. .Makan di tempat yang lagi promo, biasanya klo di hari-hari libur atau akhir pekan banyak tuh resto atau kafe yang promo produk mereka, selain kita bisa dapatin makanan dengan harga yang murah meriah, mereka juga suka kok klo kita kunjungi, eh siapa tahu kamu malah dapet gratis lagi.
5. Belanja barang-barang diskon, nah klo kamu lagi bokek, gak usah deh dipaksain beli barang yang lagi naik-naik harganya, coba deh kamu kulik lagi diskon-diskon yang ditawarin beberapa counter atau outlet-outlet. memang sih biasanya yang didiskon itu barang yang sudah gak "in" atau sudah lusuh-lusuh. Tapi percaya deh, klo kamu jeli memilihnya masih banyak kok barang bagus disana.

Nah, gitu deh cobain aja klo kamu lagi pengen jalan-jalan trus kantong sedang krisis. Hehe dijamin deh jalan-jalan mu seru, lagian ngapain juga liburan terus di dalam sarang aja,rugiiiiii.....

Selasa, Oktober 19, 2010

yang gratis2 gak slalu enak!

Guys....tau nggak!!

Pasti nggak tau! lebih baik nggak tahu atau nggak pernah merasakannya

Dapat marah gratis tuh nggak enak! apalagi klo kita sudah tau tapi masih juga diberitahu, disalahkan..nggak!! nggak enak banget...

memimpin nggak selamanya menyenangkan,siapa juga coba? yang milih aku jadi koordinator,tapi ujung-ujungnya nggak pada nurut sama omonganku,nggak nurut sama himbauanku!

Huh!

"jangan pernah jadi orang biasa-biasa aja!" Ucap big of bos,Direktur Eksekutive yayasan bala bla bla,

I know that, but that is so hard for me! apalagi dukungan juga gak begitu jelas,aku harus bagi waktu se efisien mungkin sementara seperti remaja( eh yakin masih remaja??) lainnya aku juga perlu happy-happy, main, jalan-jalan, dan ngumpul-ngumpul sama teman-teman dan nggak memikirkan apa pun, aku ingin seperti itu...

Tapiiii...aku di setting untuk menjadi remaja yang berbeda dengan remaja lainnya, aku terlalu keras memikirkan dan membuat hal-hal baru, aku selalu merasa tertekan dan merasa tidak bebas!!

Aku ingin sekali saja tertawa lepas, atau menangis keras-keras di tengah semua tuntutan semua ini!!


Bisnis sakit hati

Gilaaaaaaaaaaaa....
sore ini benar-benar sore yang menyakitkan, aku berencana untuk memulai bisnis kecil-kecilan,hehe cuma jualan pulsa aja kok,daaan karena aku nggak tau prosedurnya maka aku minta ditemani sama temenku Rea Febria, Huh nggak taunya dia malah masih sibuk kerja dikantornya, trus aku pula yang disalahin gara-gara telat nemui dia...
Bah! macam bos besar aja dia,dia kira dia itu siapa??
Guys, sebenarnya aku tahu dia sedang tertekan akibat pekerjaannya, tapi aneh nya aku yang selalu jadi tempat nya melampiaskan kekesalannya...
seperti kemarin tiba-tiba dia kirim sms yang mengejutkan pada jam kuliahku...
"Jika suatu hari kelak aku jadi bos,akan kuinjak-injak semua anak buahku!"

Maksudnya apa coba???
Aku takut aja dia kualat dan selamanya nggak bisa jadi bos, lha wong belum apa-apa aja niatnya udah jelek gitu,

Minggu, Oktober 17, 2010

Saturday in the Garden City

Wah...guys hari ni seru banget lho, Taman kota(di belakang arya duta) Pekanbaru dipadati manusia-manusia dengan tipe-tipe unik. Yups...semua itu karena ada pameran fotografi di sana, yang diadakan Komunitas Fotografi Pekanbaru (KFP). Sebenarnya acara tersebut diselenggarakan oleh WALHI Riau dengan menggandeng KFP. Pameran tersebut sebenarnya sudah diadain sejak 14 oktober hanya saja aku baru datang hari ini. So,di puncak acara (hari ini) ada talk show mengenai lingkungan khususnya lingkungan Riau. Trala...Ada Marissa Haque lho,pertama kali aku kaget waktu membaca spanduk besar di pintu masuk taman kota, ada nama Marissa disana.
Dan rasa kaget ku langsung terjawab ketika aku berbincang-bincang dengan direktur eksekutif WALHI, bang Kaka,
"Apa sih menariknya Marissa, knapa harus dia yang datang, kenapa nggak Nadine Chandrawinata aja,kan Nadine duta lingkungan," tanyaku
"Hmm bener sih kalau nadine itu duta lingkungan, tapi marissa itu care banget lho sama lingkungan,seperti terbakarnya lahan gambut di Riau atau penyempitan lahan hutan alam," jelas bg Kaka
"Lagi pula Marissa nggak minta bayaran ketika bersedia datang ke Pekanbaru, bahkan dia menawarkan diri untuk acara ini,"lanjut bg Kaka
Daaaan aku sedikit melongo mendengarnya, wah keren nih si Marissa asyik juga kalau ada selebriti yang kayak gini, bisa dong ntar Green Student Journalists ngundang dia untuk acara pemilihan Green Student Ambassador Mei mendatang, bisik hatiku.

Begitulah acara lumayan rame,makin sore makin banyak masyarakat yang hadir, dikirain ada syuting film kali #gara-gara ada Marissa,hehe. :) Yang bener nih karena ada "mumbai" kelompok musik punk Pekanbaru, trus ada juga penampilan puisi dan lagu yang diiringi gitar akustik dari SMAN 8, trus selain itu juga ada Keju band yang beranggotakan Fadil, Annisa dan Ryan, mereka masih tercatat sebagai mahasiswa. Lumayan sih kehadiran mereka bikin suasana tambah bersemangat.
Kemudian baru aku tahu ternyata Marissa itu kemarin sekitar tahun 2005 atau 2007 yah,sering masuk keluar kawasan hutan Riau untuk penelitian S3 nya, hmm pantes...pantes kalau dia deket sama WALHI, sama Jikalahari juga, baru deh ngeh knapa Marissa peduli dengan lingkungan,hehehe...
Oche,sekarang kita nggak usah ngomongin Marissa deh,kita ngomongin pameran fotografinya, nyesel juga sih kemarin nggak ikutan ngumpulin foto ketika disuruh sama koordinator KFP.padahal kemarin waktu buat portofolio fotografi aku kan make tema lingkungan, harusnya kan bisa aja foto itu yang kukumpulin,sebell..
Tapi gak papalah,moga-moga besok kalau ada pameran aku bisa ikut lagi,seru bisa datang di penghujung acara WALHI and KFP nambah temen :), and mengakrabin yang udah kenal...wahhh jadi ngerasa kalau dunia ini sangat ramah...:)

Sabtu, Oktober 09, 2010

Valentine 2010


Ini nih tulisanku yang akhirnya dikirimkan ke LPDS buat persyaratan mengikuti lokakarya di Aston kamis,30 September 2010.

Perbedaan Budaya Mengakibatkan Perbedaan Persepsi

Hari ini termasuk dalam kategori hari nggak enak nih, seharian aku dirumah mulu,cuaca luar biasa panas, akhirnya nonton Alice Wonderland yang gak sengaja aku temuin di laptopnya rea,pukul 15.00 aku ke kantor,kemudian buka yahoo,eh ada si Mujeeb Rehman di daftar chat ku, ya udah chat sama dia, tapi tau nggak ujung-ujungnya kami bersitegang akibat foto share,sure!aku nggak bisa ngaktifin foto share, yang aku tahu sih flickr tapi dia bilang bukan. Aku udah kasih saran supaya fotonya dikirim lewat email aja and di attachement tapi dia gak bersedia,aku mengancam dia untuk meremovenya di email maupun di facebook,eh dia malah ngamuk!!

suck!! dasar ternyata sulit ya berkomunikasi dengan orang yang budaya nya berbeda dengan kita, ditambah lagi beda bahasa. Hufft tambah puyeng, apalagi perbedaan cuaca or iklim juga beda(yang ini ngaruh gak ya?).
Aku mengenal Mujeeb Rehman sejak(klo nggak salah) Juli 2010 lalu, mulanya kami cuma sering chating di facebook aja,lalu kemudian karena aku sering mengaktifkan YM maka dia minta id ku,setelah itu kami lebih sering komunikasi lewat YM. Tak berapa lama kemudian dia memberiku number handphonenya.Begitu juga aku, hehehe ya sih kami nggak pernah telpon-telponnan,bayangin tagihan telpon yang bakal keluar aja aku ngeri, aku pikir dia juga kayak gitu kali yah. Secara, dia tinggal jauh banget dari Indonesia, He live at Dubai.Ada juga sih sisi positifnya,aku bisa tahu gimana sih kehidupan di Arab sana,trus gimana juga rasanya kuliah ehmm dia kerja sih(katanya) di Hail University. Kami berencana untuk tukar-tukaran kartu pos tapi dia menolak,GRRrrhh aku gak suka kalau dia bilang kirim2 an postcard itu jadul!!

Liburan lalu dia traveling ke Singapore,hmm liburan yang akan datang dia bilang mau ke Indonesia. Uppss sebenarnya dia kemarin bilang mau ke Indonesia dulu baru ke Singapore tapi aku cuekin aja,abiss kalo pun dia kesini aku nggak bisa juga nemanin dia keliling Indonesia.Beda kalo taun depan,semoga aja aku sudah dapat cuti taun depan,so bisa deh jadi guide nya.Atau sama-sama tersesat hehehe...

By the way, biar bagaimanapun aku senang bisa punya teman seperti dia, berarti aku sudah nambah jaringan di luar negeri dong, siapa tahu keinginanku untuk backpacking terlaksana. Di filiphina ada Jonah, sampe sekarang aku masih aktif berkomunikasi sama dia. Di Bonn,Jerman ada Filiz Kaya, dia udah jarang keliatan online tapi ga papa,masih bisa dilacak jejaknya(kayak apa aja...)trus ada Caroline di USA, ada Koneru di India,ada metin Ulgen di Pakistan de el el(yg lain ada juga sih tapi nggak akrab).

cerpen : Bicara pada Bintang

“Mencintai dan dicintai seperti merasakan kehangatan matahari dari dua sisi. Cintaku padamu akan memberimu kekuatan dan cintamu padaku akan memberimu keberanian”, kau meyakinkanku di pelabuhan sungai Gangsal.
Aku memandangmu tak yakin, mataku terpaku pada sungai didepanku. Beberapa tahun silam sungai ini tak selebar sekarang.
“Jadi untuk mengatakan itu, kau mengajakku kemari?,” tanyaku
Kau mengangguk, dan mencoba meraih telapak tanganku.
“Kalau begitu kau salah, aku tak pernah sedikitpun mencintaimu…”, lanjutku.
Matamu takjub memandangku, kemudian samar kulihat senyum dibibirmu.
“Kau bohong Ra, kau tak bisa menyembunyikan perasaan itu dariku”, kau memandangku lekat.
“Terserah, pendapatmu bagaimana, cinta ini hanya akan sia-sia,” aku balas menatapmu.
“Ternyata pemikiranmu sama saja dengan mereka…”, kau menghempaskan nafas,kecewa.
Aku meninggalkan mu sendiri di pelabuhan, menolak kau antar pulang. Berjalan kaki menyusuri jalanan setapak menuju rumahku.
Di depan rumah langkahku terhenti, tertegun memandangi bangunan kayu, rumahku yang masih berbentuk kuno. Rumah panggung dengan tangga kayu, saat membangunnya mungkin tak seorangpun yang mengenal arsitektur. Asal jadi dan asal bisa dijadikan tempat berteduh dari panas dan hujan.
“Ada apa Ra,?” Ayah menegurku.
Aku tersenyum lalu menggelengkan kepala. Langkahku kubuat seriang mungkin. Siapapun dikampung ini tahu aku jarang terlihat sedih. Ku tolak ajakan makan siang Ayah dan Ibu begitu juga bujukan Fahri adik semata wayangku yang masih SD. Ku buka pintu kamarku, bahkan tidak ada kasur tipis pun disana, yang ada hanya lantai kayu beralas tikar pandan. Dan aku terbiasa tidur disana. Ku pandangi pucuk-pucuk kelapa dari dalam kamarku, aku tertawa sendiri. Mengapa aku harus menyesali semua ini, dari dulu semua seperti ini dan selalu baik-baik saja mengapa sekarang harus disesali batinku.
***
Itu dulu…dulu sekali, ketika aku masih mengenal dunia ini hanya dari sudut-sudut kampungku. Sebelum akhirnya kau pergi meninggalkan kampung untuk melanjutkan pendidikan, aku tidak begitu peduli padamu waktu itu, yang kutahu orang tuamu sibuk membicarakanmu dimana-mana, bahwa kau kuliah di Malang dan kelak jadi dokter. Lalu seperti kau, aku pun pergi meninggalkan kampung, meninggalkan pelabuhan sungai Gangsal, tempat aku menghabiskan waktu memandangi burung-burung laut yang singgah ke sungai kecil di kampung kita. Menghabiskan waktu disana dan sesekali memimpikan kau menemaniku memandangi senja jingga membias dilangit.
Aku pun pergi, meski tak ingin menjadi dokter sepertimu, aku pun melanjutkan kuliah di fakultas Psiklologi sebuah universitas negeri di Pekanbaru meski ibu berderai-derai airmatanya ketika melepasku dan Ayahku yang tangguh tak pernah meneteskan air mata itu memandangku dengan kelu. Ayah sudah mengatakan padaku berulang kali beliau tak punya dana yang cukup untuk kuliah ku sampai selesai.
“Rara sudah besar Yah, sudah saatnya Rara mampu membiayai hidup Rara sendiri, Rara janji semua akan baik-baik saja,” aku meyakinkan Ayah.
Dan orang-orang terkasihku itu melepasku, meski dengan cibiran beberapa orang di kampung, termasuk keluargamu menertawakan aku.
“Anak-anak sekarang sudah tidak mau memandang kenyataan, maunya bermimpi setinggi gunung, kasihan sekali, untung anak ku tidak mempunyai keinginan nekat seperti itu,” ucap Ayahmu menyindirku.
Sebagai orang bawahan ayahmu, keluargaku banyak dibantu oleh ayahmu tapi tidak untuk kepergianku. Aku bangga pada Ayah, beliau menolak bantuan uang dari ayahmu. Lalu aku pun bisa pergi dengan lega tanpa hutang budi dengan ayahmu yang tauke kopra di kampung kita.
“Melamun lagi Ra, kehabisan ide buat nulis?, Melli teman satu kost ku, mengagetkankan lamunanku. Segera kuteguk cappuccino hangatku.
“Eh gimana ending cerbungmu,?” tanya Melli lalu ikut duduk di beranda kost. Aku mengangkat bahuku.
“Ideku terhenti,” jawabku. Melli tertawa memandangku, dia menggelengkan kepala sambil memegangi perutnya. Aku memandangnya heran.
“Nggak mungkin seorang Rara kehabisan ide,” Melli masih tertawa.
“Aku serius Mel, padahal ending cerbung itu deadline nya besok siang, kak Mita udah berkali-kali mengingatkan aku untuk menyelesaikan cerbung itu…”, aku menatap jalanan depan kost yang hanya diterangi neon lima watt dengan kecut mengingat sms-sms atau telpon redakturku.
“Wah, malam ini berarti harus selesai Ra atau Majalah Gress nggak akan menerimamu lagi untuk nulis disana, ayo semangat ra!” Melli menatapku dengan wajah serius lalu pergi meninggalkanku sendirian di beranda.
Aku ngeri mendengar kata-kata Melli, majalah Gress mempunyai oplah yang besar,dan honor tulisanku juga paling besar disana, apalagi untuk nulis cerbung pesanan seperti itu. Wah, padahal uang kuliahku semester ini belum kubayar, sedangkan sekarang aku sudah tidak kerja paruh waktu lagi di restoran. Kembali aku memandangi jalanan yang remang-remang di depan kost, lalu perlahan aku mengalihkan pandanganku kelangit. Langit mendung sepertinya sebentar lagi hujan turun. Tapi tunggu dulu, ada satu bintang kecil yang berpendar redup, hampir tertutup awan gelap.
“ Bicaralah pada bintang jika kau rindu padaku, maka aku akan merasakannya,” ucap mu suatu senja mulai berbintang menemani perjalanan kita pulang dari pelabuhan Gangsal.
Aku menggigit bibirku, kupandangi bintang redup dilangit yang makin pekat. Masihkah ucapanmu itu berlaku padaku saat ini, aku sudah lama sekali mencoba membunuh cintaku padamu, mencoba melupakan perasaanmu padaku. Aku tak pernah peduli lagi padamu, apalagi kau sekarang jauh dariku, kudengar dari Fahri,adikku yang mendapat beasiswa sekolah di Malang, kau kuliah lagi melanjutkan S2, kebetulan sekolah adikku dekat dengan kampusmu, Fahri bilang kau sekarang adalah seorang dokter dan bertunangan dengan teman seprofesimu juga. Lalu salahkah jika aku berusaha melupakan semua masa lalu itu. Walaupun jika boleh jujur aku tak kan pernah berhasil membunuh cinta itu, aku tak sanggup.
“Bintang di langit,aku rindu padanya…”, bisikku, air mata tiba-tiba bergulir pelan di pipiku. Aku tak pernah menangis karena tak ingin dianggap cengeng, tapi tidak untuk kali ini, aku tak pernah merasa cengeng karena menangis untukmu. Aku terlalu angkuh selama ini, kau sudah berkali-kali meyakinkanku jika perbedaan antara kita suatu saat tak akan jadi penghalang lagi, tapi aku menyerah, aku diam saat kau pergi, aku tak peduli lagi saat kau tak ada di pelabuhan Gangsal lagi bersamaku. Aku tak pernah membalas surat-suratmu, bahkan saat aku sudah kuliah pun dan kau mengirimkan sms berkali-kali tak pernah kubalas. Hingga akhirnya aku tahu kau bosan, mungkin juga telah menyerah, atau kau percaya jika aku tak pernah sedikitpun mencintaimu. Padahal setiap membaca sms darimu aku merasa bahagia sekali, kau tidak pernah tahu jika aku menutup hatiku untuk orang lain. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu.
“Bintang di langit yang redup, katakan padanya sampai kapan pun hanya dia yang pernah ada di hatiku,” ucapku lagi. Aku tersenyum dan bergegas masuk ke kamar kost ku, tiba-tiba aku punya ide bagus untuk ending cerbungku.
***
“Wah, aku suka endingnya Ra, tak terduga tapi memuaskan pembaca,” kak Mita tersenyum puas membaca ending cerber ku.
Aku bersyukur kak Mita menyukainya, dengan pasti aku keluar dari kantor majalah Gress, besok aku bisa membayar uang kuliahku, dan melunasi janjiku untuk mentraktir bakso Melli.
“Sebenarnya seperti apa sih ending nya Ra, kok kak Mita bisa kasih bonus segala buat kamu,” tanya melli.
“ Seperti ending yang kuharapkan di kisah cintaku,” jawabku pelan.
“Jadi? Kamu punya pacar Ra, siapa? Kok nggak pernah dikenalin sama aku sih!” Melli terkejut mendengar kata-kataku. Aku tersenyum melihatnya.
“Hanya seseorang dari masa lalu,” ucapku pelan, dan aku mulai sibuk melahap bakso ku. Melli masih juga penasaran. Tapi aku tak ingin menceritakan kisah kita, pada Melli sekalipun, karena aku tahu Melli pasti hanya akan menyalahkanku yang bodoh dan pura-pura tak mencintaimu.
Senja kembali menyapa, aku sedang berada di tepi sungai. Meski bukan di tepi sungai Gangsal, tapi tepian sungai Siak, membuatku teringat dengan tepian sungai Gangsal, bedanya, disini tak ada kapal-kapal yang mengangkut kopra atau speed boat yang hilir mudik. Senja makin indah dengan semburatnya yang jingga.
“Ku pasrahkan cintaku pada waktu, andai nanti ada kesempatan kedua untuk bersamamu, aku tak akan menyia-nyiakan lagi namun jika kesempatan itu tak ada, biarkan saja kebersamaan kita jadi kenangan yang mungkin tak kan terlupa, dan biarkan bintang menjadi saksi bahwa aku pernah sangat merindukanmu,” bisikku.
(The End)

Wah cerpen ini masih Gress banget lho,masih baru,baru selesai aku tulis beberapa jam yang lalu.Belum ku kirim ke media manapun, hmm aku harap cerpen ini bisa dimuat di sebuah media yang oke,
Rasau Hijau